Fotografi berkembang sangat pesat akhir-akhir ini, kalangan remaja pada umumnya, menganggap fotografi sebagai sesuatu yang cool. Bisa kita lihat banyak kalangan remaja yang mulai mengupload foto-foto dirinya sambil memegang (atau membidik) kamera SLR di situs pertemanan seperti facebook atau friendster. Berdasarkan pengamatan saya sendiri, 7 dari 10 teman-teman saya di facebook menuliskan “photography” pada tab info, bagian “interest”. Membuktikan semakin menyebarnya infeksi “photography-disease” ini.
Namun, apakah kegunaan fotografi bagi kalangan remaja? Dalam pengamatan saya sebagian besar kalangan remaja mengikuti kegiatan fotografi sebagai tren saja, bukanlah hobi, ataupun berusaha mendalami dunia fotografi. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat ini berdampak pada meningkatnya permintaan remaja kepada orang tua untuk membeli peralatan fotografi yang terbilang cukup mahal, demi sesuatu yang sia-sia. Misal : memaksa orang tua membeli kamera DSLR untuk dijadikan “perhiasan diri” ketika dipotret, bukannya digunakan untuk memotret, DSLR malah dipotret oleh kamera HP untuk di upload di situs pertemanan. Bahkan ada beberapa diantaranya bela-belain untuk meminjam DSLR milik teman hanya sekedar untuk dipegang (atau sekedar dibidikkan) dan dipotret oleh kamera HP.
Saya tidak mengemukakan tentang “remaja belum layak memegangnya”. Memang, tidak ada salahnya apabila kalangan remaja memiliki kamera DSLR, namun, bukankah lebih baik apabila peralatan yang dibeli mahal digunakan semaksimal mungkin untuk tujuan pembelajaran dalam dunia fotografi, tidak sekedar menjadi perhiasan foto narsis, atau agar terlihat cool. Setelah melakukan ini, setidaknya kita dapat keluar dari infeksi photography-disease yang sia-sia. Apakah anda salah satunya?